Kenapa Orang Berjalan Cepat di Jepang?
Filosofi Jalan Cepat di Jepang
Setelah lebih dari dua minggu berada di Jepang, saya jadi terbiasa dengan jalan cepat ala Jepang. Bagaimanakah berjalan cepat ala Jepang itu? Begini kawan, berjalanlah dengan ritme cepat diimbangi tubuh yang terlonjak-lonjak bagai orang kena kejut listrik maka engkau telah melakukan jalan cepat ala Jepang yang kumaksud.
Kebiasaan ini tentunya tidak mudah begitu saja aku ikuti. Awalnya, caraku berjalan pelan saja tanpa beban –persis seperti umumnya cara orang Indonesia berjalan. Dengan cara pelan seperti ini tentu saja aku menghabiskan banyak waktu dalam menempuh perjalanan dari apartemen ke kampus.
Padahal kata Sensei, “Erma San, Anda hanya membutuhkan waktu 10 menit jalan kaki dari apartemen ke kampus.” Nyatanya selama aku di Jepang, rata-rata aku membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di kampus. Cuma sekali saja, aku pernah mencapai rekor 11 menit, itu pun diakhiri dengan napas yang ngos-ngosan sesudahnya. Hehe…
Namun kemudian saya memahami bahwa jalan cepat ala Jepang ini memiliki setidaknya satu alasan kuat yang melatarbelakanginya . Yakni, upaya untuk melawan dingin. Suhu udara yang sangat dingin di Jepang harus diimbangi dengan gerakan tubuh yang memadai untuk menjaga tubuh tetap hangat dan nyaman, selain tentunya dengan mantel tebal, sarung tangan, slayer, penutup kepala, dan sejenisnya.
Terasa sekali bedanya, saat aku berjalan lenggang kangkung bak orang Jawa berjalan dan berjalan ala Jepang. Inilah yang membuatku akhirnya memutuskan alangkah lebih baik jika aku mengadaptasi cara mereka berjalan. Lebih cepat sampai, lebih baik. Supaya lebih cepat berada di dalam ruangan yang hangat dan nyaman. Supaya tidak berlama-lama terperangkap dinginnya udara yang menggigit.
Filosofi lainnya, kupikir karena mereka adalah bangsa yang memiliki kultur sangat menghargai waktu. Mereka tak mau membuang-buang waktu di jalanan, tanpa aktivitas positif yang lebih bermanfaat daripada sekadar berjalan kaki.
Kedua, kebiasaan orang Jepang tampaknya suka bekerja keras. Seolah-olah, mereka mendapatkan kepuasan dengan kerja keras itu. Kerja keras ini tampak dari begitu banyak orang yang naik sepeda dan berjalan kaki kemana pun. Bahkan dengan jarak yang berpuluh kilometer pun, mereka bersepeda. Seperti Izmi, rumahnya di dekat Stasiun dengan jarak lebih dari 10 kilometer ke kampus, dan dia lebih memilih naik sepeda daripada naik bus.
Padahal bus sangat mudah diperoleh, tersedia tiap 15 menit sekali, ada jadwal yang mengaturnya sangat jelas, dan bus-bus itu berhenti di halte yang telah ditentukan tepat waktu. Tapi anehnya, percaya atau tidak, bus-bus itu hanya dipenuhi oleh orang-orang renta dan lanjut usia. Aku sudah melihatnya sendiri setelah lebih dari enam kali naik bus di Hirosaki.
Oh ya, di Jepang (Hirosaki), hampir tidak ada sepeda motor yang berkeliaran di jalan raya. Bahkan, saking terkenalnya sepeda ontel, rambu-rambu lalu-lintas untuk sepeda saja dibuat, tapi tidak ada untuk sepeda motor. Bandingkan dengan Bandung! Rasanya untuk menempuh jarak dua kilometer saja orang-orang (tak peduli masih muda, kuat, segar, bugar) lebih suka naik angkot atau sepeda motor daripada jalan kaki. Jalan raya di Bandung pun penuh sesak dengan pengendara sepeda motor.
Hirosaki 29 Oktober 2009
http://mewujudkanmimpi.wordpress.com/2009/10/29/kenapa-orang-berjalan-cepat-di-jepang/
0 Response to "Kenapa Orang Berjalan Cepat di Jepang?"
Posting Komentar