Pertapa Yamabushi adalah seorang pendeta Budha yang bertapa di pegunungan untuk memperoleh kekuatan ghaib, seorang pertapa Yamabushi biasanya membawa sebilah tongkat di tangannya dan meniup kulit kerang Horagai yaitu kerang berpilin yang bentuknya seperti terompet, kerang itu besarnya sebesar kepala manusia. Konon suara terompet Horagai ini akan menyadarkan dari keraguan dan menuntun kepada kebenaran.
Horagai (Terompet Kulit Kerang)
Pada zaman dahulu kala tersebutlah seorang pertapa Yamabushi, saat ia berjalan menyusuri jalan setapak di GunungIa melihat seekor bayi rubah yang sedang tidur siang. Sang pertapa Yamabushi perlahan mendekat dan meniup terompet kulit kerangnya sekencang-kencangnya. Bayi rubah itu terkejut dan dengan panik melarikan diri, pertapa Yamabushi itu terus berjalan sambil tertawa sendirian. Hi…hi…hi… lucu sekali, kemudian setelah itu hari berangsur gelap meskipun saat itu masih siang hari. Hari menjadi gelap sekali seolah-olah matahari sudah terbenam. Padahal barusah hari masih terang sekali, mengapa?? Apa yang terjadi?? Gumam sang pertapa Yamabushi yang keheranan. Saat itu Ia melihat seberkas cahaya lemah dikejauhan yang ternyata adalah iring-iringan upacara pemakaman yang sedang berjalan kearahnya. Pertapa Yamabushi itu ketakutan dan bersembunyi di balik pohon. Namun iring-iringan itu perlahan mendekat kearah pohon tersebut, sang pertapa Yamabushi memanjat pohon itu dan bersembunyi di sana. Iring-iringan jenazah itu akhirnya sampai di pohon tersebut, mereka menggali lubang di kaki pohon itu dan mengubur sebuah peti mati. Setelah itu iring-iringan tersebut menghilang, sang pertapa Yamabushi berpikir sudah aman untuk turun dari persembunyiannya. Tetapi saat itu bola api menyembur keluar dari kaki pohon itu. Bola api itu melayang hingga ke cabang tempatnya berada dan berhenti disana. Sang pertapa Yamabushi yang semakin ketakutan memanjat pohon itu lebih tinggi lagi, saat Ia memanjat lebih tinggi lagi bola api itu juga mengikutinya. Ia memanjat hingga ke puncak pohon dan tak bisa lagi memanjat lebih tinggi. JadiIa memukul bola api itu dengan terompet kulit kerang yang dipegangnya. Kemudian terompet itu terbelah menjadi dua tepat di tengahnya. Saat itulah tiba-tiba pertapa Yamabushi itu menyadari bahwa saat itu masih tengah hari dan Ia bergelantungan di puncak pohon di tengah teriknya sinar matahari.
0 Response to "“Pertapa Yamabushi dan Rubah”"
Posting Komentar